Kamis, 15 Januari 2009

pelajaranagama

Menurut saya, agama adalah hasil dari suatu kekeliruan pikiiran manusia. Agama ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari segala macam karut-marut kehidupan. Kalau ada yang mengatakan "akh, orangnya saja yang salah, jangan salahkan agamanya dong!" maka saya justru mengatakan bahwa di situlah kesalahan agama.

Bukankah agama itu dibuat oleh manusia supaya orang tidak menjadi busuk? Jadi, kalau orang atau pengikut agama itu tetap menjadi busuk maka agama itulah yang salah. Lha, yang bikin agama itu kan orang juga. Kenapa agama tidak bisa atau tidak mampu membuat orang busuk kembali menjadi baik? Mengapa agama tidak bisa memelihara kebaikan di dunia ini? Mengapa agama tidak bisa menghapus korupsi atau setidaknya mengurangi praktik KKN? Agama justru mendorong pengikutnya menjadi fanatis dan berpikiran terlalu sempit. Dia bilang damai tetapi membunuh dan merusak boleh juga. Dialah yang saleh dan di luar sana dia sebut orang kafir semua. Orang bodoh tetap bodoh, yang miskin jangan harap jadi kaya, dan kalau ditanya kenapa begitu, pemuka agama bilang "akh itu kan sudah takdir."

Kalau begitu, jika ada manusia yang baik dan jujur di negeri ini, maka sebenarnya itu bukan karena dia menganut agama tertentu, tetapi karena dari sononya memang dia sudah ditakdirkan menjadi orang baik dan jujur. Kalau orang yang baik itu menjadi buruk, itu lantaran pengaruhnya orang yang beragama juga. Soalnya di negeri ini orang seakan-akan dipaksa menganut agama, sebab tanpa agama semua urusan akan jadi terbengkalai. Jadi karena itu, di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) mesti ada kolom agama. Itu keliru. Kalau berurusan mencari keadilan di negeri ini susahnya bukan main kalau tidak punya agama. Di depan Pengadilan Negeri kita mau bersumpah pakai agama apa? Ya, terpaksa ngaku-ngaku saja agama ini dan itu. Pokoknya agama.

Ajaran tentang kebaikan tidak selalu datang dari ajaran agama. Di dunia animisme seperti yang dianut nenek moyang saya, ajaran kebaikan dan menghindarkan keburukan dan kebusukan itu sudah sudah terpatri menjadi adat istiadat yang harus dipatuhi. Nenek moyang saya bukan dari Adam dan Hawa atau Nabi Nuh atau Ibrahim seperti yang disebutkan dalam dongeng-dongengnya Nabi Musa.

Jadi, menurut saya, agama tidak perlu ada, dan tidak perlu menjadi pilihan.

IUR

Hikayat Dunia ...@yahoo.com> wrote:

Kalau Anda mengatakan bahwa memilih agama adalah hak azasi manusia sangat betul dan saya dukung karena masih banyak orang yang berpendapat agama bukan pilihan dan siapa yang berani meninggalkan agamanya akan dicap kafir dan akan dibakar di neraka.
Kita harus menyadarkan masyarakat bahwa agama adalah suatu pilihan dan tidak beragama salah satu pilihannya.
Setuju bahwa agama ada untuk kebaikan manusia tetapi apa benar semua agama mengajarkan kebaikan dan hal itu yang harus kita uji bersama secara terbuka.
Agar agama sungguh-sungguh menjadi pilihan dan orang punya pegangan bagaimana memilih agama yang benar harus ada buku panduan memilih agama benar.
Salam
Darmawan

thomz ng ...@yahoo.com> wrote:

kayanya buku nya aneh deh.
memilih suatu ajaran agama adalah hak asazi manusia.
dan juga tergantung dari diri kita sendiri yg cocok yg mana.

enggak usah memilih deh.
semua agama bagus dasarnya.
yang enggak bagus itu manusianya.
hati manusianya yg busuk.

biar pun sering sholat, ke gereja atau ke vihara kalo prilaku dan hati manusianya kotor apakah agama yg disalahkan ?

Banyak tuh dari negeri kita yang rajin sembahyang tapi korupsinya rajin juga.

Agama adalah sebuah jawaban untuk masalah yang timbul dalam kehidupan
manusia, individual maupun dalam skala sosial.
Agama muncul seiring dengan keterbatasan rasionalitas manusia dalam
menjawab pertanyaan2 itu. Jawaban jawaban teresebut BISA salah dan
BISA benar.

Ketika kita menunjuk jawaban yang salah saja lalu berkesimpulan bahwa
agama tidak pernah benar, itu tentu tidak bijaksana juga, karena
agama mempunyai "jasa" juga dalam "menjaga" langkah manusia "di jalan
yang benar".
Sekali lagi, tetap saja bisa salah langkah.

Agama bukan subyek pelaku, jadi tidak bisa dipersalahkan. Kalau ada
manusia (subyek) yang salah langkah dalam meniti jalan agamanya, yang
salah adalah manusia itu sendiri yang telah memahami apa-apa secara
salah.
Seperti misalnya, bensin tidak bisa kita katakan salah atau benar,
tapi kalau si subyek memahaminya sebagai obat dan meminumnya, maka
bensin itu akan membauatnya sakit. Manusia itu sendiri yang salah.

"Agama" jaman dulu bukan tidak pernah membuat kemanusiaan "sakit"
Pak. Pengorbanan manusia di meja persembahan dalam peradaban purba
dulu, jelas terjadi. Dalam bentuknya yang masih purba juga,
kepercayaan-kepercayaan kuno juga termasuk semacam agama, dalam arti
ada "umatnya" (yang percaya), ada "aturannya" (tahayul-tahayul itu)
dan selalu ada yang "orang tua yang lebih tahu" (yang berfungsi
sebagai pemberi legitimasi salah-benar). Sama saja semua itu.

Untuk melengkapi bahwa keyakinan agama bisa membuat kebaikan, kita
bisa sebut banyak, antara lain Gandhi, Ibu Theresa dan banyak orang
yang secara diam diam berkarya (karena disuruh tuhannya) untuk
berbuat baik kepada sesamanya. Orang orang kusta di Calcutta pasti
bisa angkat bicara bila dimintai pendapat soal Ibu Theresa.

Pada milenium Aquarius ini, manusia mulai melepaskan diri dari
paradigma bahwa kebaikan kebaikan "diberi" dari instansi yang lebih
tinggi (semacam tuhan, dewa dsb). Manusia mulai menyadari bahwa dia
sendiri adalah "si tukang air" yang mengontrol sendiri air
kehidupannya. Kita telah beranjak dari milenium Pisces dimana manusia
seperti halnya "ikan yang melihat segalanya kecuali air".

Manusia yang sadar bukan yang mengatakan air itu tidak-ada atau ada
melainkan yang bisa "berenang" bersama dengan air, meminum air,
memakai air.... bukannya tenggelam atau menyelam dan tidak bisa
melihat air tsb.

Dalam debat atheisme versus theisme, masalah ini menjadi masalah
klasik. Pada awalnya, nampaknya atheisme akan unggul dibantu kemajuan
jaman, teknologi, filsafat dsb.
Tapi kemajuan begitu cepat, atheisme harus segera merevisi
paradigmanya juga, dan mengakui ketakberhinggaan itu sesuatu yang
perlu "diperhitungkan" :)
Ujung ujungnya tidak jauh dari rekan Hafah Salim yang selalu
mendukung HAM. Bukan kepercayaannya yang utama, melainkan bagaimana
ia berperilaku sosial dalam konteks berkepercayaan itu. Dan memang
itu pencapaian paling akhir yang dicapai oleh kemajuan peradaban kita
saat ini.

Demikian menurut hemat saya. Mungkin perlu dibuka thread baru
sehubungan dengan transformasi Pisces menjadi Aquarius ini. Akan
menarik, meskipun saya yakin akan memanaskan banyak kuping.

Ferry Wardiman

--- In mediac...@yahoogroups.com, Umbu Rey wrote:

> Menurut saya, agama adalah hasil dari suatu kekeliruan pikiiran

manusia. Agama ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari segala
macam karut-marut kehidupan. Kalau ada yang mengatakan "akh, orangnya
saja yang salah, jangan salahkan agamanya dong!" maka saya justru
mengatakan bahwa di situlah kesalahan agama.

> Bukankah agama itu dibuat oleh manusia supaya orang tidak menjadi

busuk? Jadi, kalau orang atau pengikut agama itu tetap menjadi busuk
maka agama itulah yang salah. Lha, yang bikin agama itu kan orang
juga. Kenapa agama tidak bisa atau tidak mampu membuat orang busuk
kembali menjadi baik? Mengapa agama tidak bisa memelihara kebaikan di
dunia ini? Mengapa agama tidak bisa menghapus korupsi atau setidaknya
mengurangi praktik KKN? Agama justru mendorong pengikutnya menjadi
fanatis dan berpikiran terlalu sempit. Dia bilang damai tetapi
membunuh dan merusak boleh juga. Dialah yang saleh dan di luar sana
dia sebut orang kafir semua. Orang bodoh tetap bodoh, yang miskin
jangan harap jadi kaya, dan kalau ditanya kenapa begitu, pemuka agama
bilang "akh itu kan sudah takdir."

> Kalau begitu, jika ada manusia yang baik dan jujur di negeri ini,

maka sebenarnya itu bukan karena dia menganut agama tertentu, tetapi
karena dari sononya memang dia sudah ditakdirkan menjadi orang baik
dan jujur. Kalau orang yang baik itu menjadi buruk, itu lantaran
pengaruhnya orang yang beragama juga. Soalnya di negeri ini orang
seakan-akan dipaksa menganut agama, sebab tanpa agama semua urusan
akan jadi terbengkalai. Jadi karena itu, di dalam Kartu Tanda
Penduduk (KTP) mesti ada kolom agama. Itu keliru. Kalau berurusan
mencari keadilan di negeri ini susahnya bukan main kalau tidak punya
agama. Di depan Pengadilan Negeri kita mau bersumpah pakai agama apa?
Ya, terpaksa ngaku-ngaku saja agama ini dan itu. Pokoknya agama.

> Ajaran tentang kebaikan tidak selalu datang dari ajaran agama. Di

dunia animisme seperti yang dianut nenek moyang saya, ajaran kebaikan
dan menghindarkan keburukan dan kebusukan itu sudah sudah terpatri
menjadi adat istiadat yang harus dipatuhi. Nenek moyang saya bukan
dari Adam dan Hawa atau Nabi Nuh atau Ibrahim seperti yang disebutkan
dalam dongeng-dongengnya Nabi Musa.

> Jadi, menurut saya, agama tidak perlu ada, dan tidak perlu
menjadi pilihan.

> IUR

> Hikayat Dunia wrote:
> Kalau Anda mengatakan bahwa memilih agama adalah hak

azasi manusia sangat betul dan saya dukung karena masih banyak orang
yang berpendapat agama bukan pilihan dan siapa yang berani
meninggalkan agamanya akan dicap kafir dan akan dibakar di neraka.
> Kita harus menyadarkan masyarakat bahwa agama adalah suatu

pilihan dan tidak beragama salah satu pilihannya.
> Setuju bahwa agama ada untuk kebaikan manusia tetapi apa benar

semua agama mengajarkan kebaikan dan hal itu yang harus kita uji
bersama secara terbuka.
> Agar agama sungguh-sungguh menjadi pilihan dan orang punya

pegangan bagaimana memilih agama yang benar harus ada buku panduan
memilih agama benar.
> Salam
> Darmawan

> thomz ng wrote:
> kayanya buku nya aneh deh.
> memilih suatu ajaran agama adalah hak asazi manusia.
> dan juga tergantung dari diri kita sendiri yg cocok yg mana.

> enggak usah memilih deh.
> semua agama bagus dasarnya.
> yang enggak bagus itu manusianya.
> hati manusianya yg busuk.

> biar pun sering sholat, ke gereja atau ke vihara kalo prilaku dan

hati manusianya kotor apakah agama yg disalahkan ?

> Banyak tuh dari negeri kita yang rajin sembahyang tapi korupsinya
rajin juga.

Agama itu datang dari Tuhan melalui orang-orang yang dipercaya olehNya yang dikenal dengan NABI. Dari Adam sampai Muhammad. Para Nabi itu mendapatkan Firman Tuhan... Agama tidak pernah salah! saya juga tidak mau bilang "Jadi manusianya yang salah"

Agama merupakan hubungan pribadi manusia dengan Tuhan, dan tidak ada yang bisa mengganggu hubungan tersebut. Ibaratnya tidak dapat diceraikan sekalipun kita dengan Tuhan sedang dalam kondisi hubungan yang tidak baik (pernah kan saat kita merasa jauh banget dari Tuhan..?)

Pengikutnya menjadi Fanatis? itu tergantu dari pribadi masing-masing kok bung. Kadang (Maaf) mereka yang memberikan ceramah keagamaan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang baik jadi mereka terkesan sangat 'kampungan' dalam menyampaikan Firman Tuhan kepada jemaahnya. Dan jemaahnya pun yang tidak mengerti akan menganggap apa yang dikatakan oleh pemuka agama itu benar adanya.

Yah contohnya sudah ada kan? kita bisa melihat FBR atau FPI mereka jelas sangat Kampungan dan tidak berpendidikan, kenapa bisa begitu? karena pemuka agama mereka yang memberikan ajaran yang salah. Mereka menggunakan hukum islam untuk menghukum (sebut saja warung remang2 yang sering mereka hancurkan) Hey, kita ini bukan Negara Islam, jadi hukum yang digunakan bukan hukum Islam. Inget itu...

Kalau mau menerapkan hukum Islam, kenapa tidak pindah saja ke Arab yang jelas2 hukumnya diambil dari Al-Quran...

Jadi, agama tidak ada yang salah.. semua agama benar adanya dari mulai Muslim, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Shinto dan semua yang ada di dunia ini. Karena Itu adalah HUBUNGAN PRIBADI ANTARA KITA MANUSIA DENGAN TUHAN...

God Bless You....

Umbu Rey ...@yahoo.com> wrote:

Menurut saya, agama adalah hasil dari suatu kekeliruan pikiiran manusia. Agama ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari segala macam karut-marut kehidupan. Kalau ada yang mengatakan "akh, orangnya saja yang salah, jangan salahkan agamanya dong!" maka saya justru mengatakan bahwa di situlah kesalahan agama.

Bukankah agama itu dibuat oleh manusia supaya orang tidak menjadi busuk? Jadi, kalau orang atau pengikut agama itu tetap menjadi busuk maka agama itulah yang salah. Lha, yang bikin agama itu kan orang juga. Kenapa agama tidak bisa atau tidak mampu membuat orang busuk kembali menjadi baik? Mengapa agama tidak bisa memelihara kebaikan di dunia ini? Mengapa agama tidak bisa menghapus korupsi atau setidaknya mengurangi praktik KKN? Agama justru mendorong pengikutnya menjadi fanatis dan berpikiran terlalu sempit. Dia bilang damai tetapi membunuh dan merusak boleh juga. Dialah yang saleh dan di luar sana dia sebut orang kafir semua. Orang bodoh tetap bodoh, yang miskin jangan harap jadi kaya, dan kalau ditanya kenapa begitu, pemuka agama bilang "akh itu kan sudah takdir."

Kalau begitu, jika ada manusia yang baik dan jujur di negeri ini, maka sebenarnya itu bukan karena dia menganut agama tertentu, tetapi karena dari sononya memang dia sudah ditakdirkan menjadi orang baik dan jujur. Kalau orang yang baik itu menjadi buruk, itu lantaran pengaruhnya orang yang beragama juga. Soalnya di negeri ini orang seakan-akan dipaksa menganut agama, sebab tanpa agama semua urusan akan jadi terbengkalai. Jadi karena itu, di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) mesti ada kolom agama. Itu keliru. Kalau berurusan mencari keadilan di negeri ini susahnya bukan main kalau tidak punya agama. Di depan Pengadilan Negeri kita mau bersumpah pakai agama apa? Ya, terpaksa ngaku-ngaku saja agama ini dan itu. Pokoknya agama.

Ajaran tentang kebaikan tidak selalu datang dari ajaran agama. Di dunia animisme seperti yang dianut nenek moyang saya, ajaran kebaikan dan menghindarkan keburukan dan kebusukan itu sudah sudah terpatri menjadi adat istiadat yang harus dipatuhi. Nenek moyang saya bukan dari Adam dan Hawa atau Nabi Nuh atau Ibrahim seperti yang disebutkan dalam dongeng-dongengnya Nabi Musa.

Jadi, menurut saya, agama tidak perlu ada, dan tidak perlu menjadi pilihan.

IUR

Hikayat Dunia ...@yahoo.com> wrote:

Kalau Anda mengatakan bahwa memilih agama adalah hak azasi manusia sangat betul dan saya dukung karena masih banyak orang yang berpendapat agama bukan pilihan dan siapa yang berani meninggalkan agamanya akan dicap kafir dan akan dibakar di neraka.
Kita harus menyadarkan masyarakat bahwa agama adalah suatu pilihan dan tidak beragama salah satu pilihannya.
Setuju bahwa agama ada untuk kebaikan manusia tetapi apa benar semua agama mengajarkan kebaikan dan hal itu yang harus kita uji bersama secara terbuka.
Agar agama sungguh-sungguh menjadi pilihan dan orang punya pegangan bagaimana memilih agama yang benar harus ada buku panduan memilih agama benar.